DIGITISASI PAKAIAN MASIH DALAM BAWAH
Industri perlu menjadikan fitur ini sebagai pilihan standar untuk semua produk, namun saat ini industri belum siap untuk membawa kita ke catwalk digital.
Untuk mencapai tujuan ini memerlukan lebih dari sekadar membuat aplikasi seluler AR. Merek harus mengedepankan digitalisasi produknya. Proses ini secara historis mahal dan rumit secara teknis. Banyak merek tidak memiliki model 3D produknya, dan merek yang jarang melihat model tersebut diserahkan kepada tim desain internal, yang berarti model tersebut tidak dapat digunakan untuk uji coba virtual.
Hambatan ini diperparah oleh kesulitan teknis yang khusus terjadi pada pemodelan kain dan simulasi pemasangan virtual. Contoh populer dapat ditemukan di video game. Pengembang terus menghadapi kesulitan komputasi dalam mensimulasikan struktur karakter secara realistis.
Hal ini menjadi sangat sulit di luar lingkungan game (misalnya, AR), yang memerlukan perhitungan real-time dari tubuh fisik pengguna, serta faktor-faktor lain seperti memberikan cahaya pada pakaian yang disimulasikan sehingga menutupi dan menggerakkan tubuh secara bersamaan. disengaja.
Bahkan solusi terbaru, seperti aplikasi seluler Shopify yang memungkinkan merek memindai dan membuat model 3D inventaris mereka, gagal mereplikasi pakaian di tubuh pengguna secara akurat.
Meskipun digitalisasi pakaian masih dalam tahap awal, merek fesyen dapat menyalurkan investasi ke tim penelitian dan pengembangan mereka dan fokus untuk menjadikan inventaris fisik mereka menjadi virtual. Barang “fisik” tersebut kemudian dapat dimasukkan ke dalam aplikasi AR yang memungkinkan konsumen mengevaluasi kesesuaian produk dengan lebih akurat.
Membatasi emisi karbon hanyalah salah satu produk sampingan; mengurangi jutaan biaya pemrosesan pengembalian sambil menambahkan nilai kepada pelanggan adalah hal lainnya.
Beberapa tindakan setengah-setengah sudah ada. Perusahaan seperti Google dan Nike memungkinkan Anda melihat tampilan item pada model pra-render dengan berbagai ukuran dan warna kulit. Namun, jika kita menginginkan solusi yang efektif dan terukur, kita harus fokus menjadikan aplikasi ponsel pintar virtual sebagai fitur standar e-commerce fesyen.
Jika merek mengindahkan seruan ini, tahun depan kita mungkin akan kembali menggunakan stoking daripada kotak kardus, sehingga Sinterklas bisa bernapas lebih lega saat dia berkeliling.